Haji menurut etimologi adalah menuju
atau mengunjungi dan kata haji dari segi terminologi dalam syari'at Islam
bermakna mengunjungi ka'bah dan tanah suci, untuk beribadah yang telah
ditentukan syarat, rukun dan kewajiban-kewajibannya.
Umrah secara etimologi adalah ziarah
dalam pengertian umum, sedangkan
secara terminologi adalah berziarah ke Baitullah dalam pengertian khusus.
Perintah haji dan umrah telah
difirmankan oleh Allah SWT sebagai berikut:
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ
وَالعُمْرَةَ لِله...ِ
Artinya: “Dan sempurnakaklnlah ibadah
haji dan umrah karena Allah SWT.” (Al-Baqarah: 196)
Untuk menunaikan ibadah haji, dapat
dikerjakan dengan berbagai tata cara sebagai berikut:
a. Haji tamattu' adalah cara
pelaksana'an haji yang mendahulukan umrah, sampai selesai. Kemudian pada waktu
haji besar (8 Dzulhijjah), barulah mengerjakan ibadah haji hingga
selesai.
Waktu umrah pada haji tamattu'
adalah dimulai dari bulan syawal sampai pada hari kedelapan pada bulan
Dzulhijjah. Haji tamattu' adalah tata cara haji yang mayoritas dipakai
oleh kebanyakan jama'ah haji, dan barangsiapa yang mengerjakan haji dengan
menggunakan cara ini, maka wajib membayar dam (denda).
b. Haji Qiran adalah melaksankan
haji dan umrah menjadi satu, dan dilaksanakan dalam sekali jalan. Barang siapa
yang mengerjakan haji Qiran ini juga wajib membayar dam (denda).
c. Haji Ifrad adalah melaksankan
haji dengan cara mengerjakan haji saja yang didahulukan yaitu pada waktunya (Syawwal
sampai 12/13 dzulhijjah). Sedangkan umrah, dijalankan sebelum bulan syawwal,
atau setelah selesai mengerjakan haji pada tahun itu juga.
Waktu umrah bagi haji ifrad ini
adalah sepanjang tahun. Haji dengan cara Ifrad inilah yang terbaik dan barang
siapa yang memakai cara Ifrad ini, apabila masuk kedalam tanah haram
(makkah), wajib ihram haji dan thawaf, yang dinamakan Thawaf
Qudum. Dan terus berpakaian ihram, sampai tiba waktunya mengerjakan haji
pada tangal 8-13 dzulhijjah. Dan yang memkai cara ifrad ini
maka akan terhindar dari
pembayaran dam (denda).
Berikut adalah hadist tentang
macam-macam haji (tamattu', qiran, ifrad):
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ فَمِنَّا
مَنْ أَهَلَّ بِعُمْرَةٍ وَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِحَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ وَمِنَّا
مَنْ أَهَلَّ بِالْحَجِّ وَأَهَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِالْحَجِّ فَأَمَّا مَنْ أَهَلَّ بِالْحَجِّ أَوْ جَمَعَ الْحَجَّ
وَالْعُمْرَةَ لَمْ يَحِلُّوا حَتَّى كَانَ يَوْمُ النَّحْرِ (متفق عليه) ص
Artinya:
Dari 'Aisyah r.a ia berkata: “Kami keluar bersama Rasulullah saw. Pada tahun
haji wada', di antara kami ada yang berihram buat 'umrah, ada yang berihram
buat haji dan 'umrah, ada yang berihram buat haji, dan rasulullah saw. Berihram
buat haji. Adapun yang berihram buat
'umrah, maka ia bertahallul tatkala ia datang, adapun yang berihram buat haji
atau disatukan haji dan 'umrah, maka ia tidak boleh tahallul sehingga hari
nahr”. (H.R Bukhari dan Muslim)
B. Syarat, Rukun,
Wajib, dan Sunnah Haji
1. Syarat Wajib Haji
Orang-orang yang berkewajiban
menjalankan haji itu adalah orang-orang yang memenuhi syarat-syarat di bawah
ini:
a. Beragama Islam (Tidak wajib, tidak sah
haji orang kafir),
b. Berakal (Tidak wajib atas orang gila),
c. Baligh (Sampai umur 15 tahun atau dengan
tanda-tanda lain, sehingga tidak wajib haji atas anak-anak),
d. Merdeka (bukan budak),
e. Mampu secara material dan immaterial
(Tidak wajib haji atas orang yang tidak mampu; miskin maupun sakit).
Mampu itu merupakan syarat wajib haji,
berdasarkan firman Allah SWT, sebagai berikut:
وَلِلهِ عَلَى النَّاسِ
حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا...
Artinya:
“Dan di antara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah
haji ke Baitullah yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan kesana”.
(Q.S Ali Imran: 97).
Kemampuan yang disyaratkan di dalam haji
pada intinya mencakup dua hal:
a. Kemampuan badaniah. Maksudnya, tidak
memiliki penyakit yang menghalangi orang melakukan perjalanan, dan tidak ada
penghalang yang mencegah orang pergi ke Baitullah.
b. Kemampuan finansial. Maksudnya,
kemampuan orang menyediakan perbekalan dan kendaraan yang mengantarkannya ke
Baitullah. Jika seseorang telah memiliki ongkos untuk haji, dan ongkos untuk
pesawat atau mobil, naka dia dikkatakan telah kena bekal dan kendaraan.
2. Rukun Haji
Rukun haji adalah sesuatu yang tidak sah
haji melainkan dengan melakukannya, dan ia tidak boleh diganti dengan “dam” (menyembelih
binatang).
a. Ihram
Berniat
mulai mengerjakan haji dengan membaca لَبَّيْكَ
اللَّهُمَّ حَجًّا. Ihram itu wajib
dikerjakan dari batas-batas tempat dan waktu, yang dinamakan Miqaat.
b. Wuquf
Nadir
di Padang Arafah pada waktu yang diteentukan, yaitu mulai daari tergelincir
matahari(waktu dhuhur) tanggal 9 bulan haji sampai terbit fajar tanggal 10 bulan
haji.
c. Thawaf
Thawaf
asal artinya mengelilingi (mengedari). Maksudnya mengelilingi Ka’bah.
Thawaf
dibedakan menjadi dua yaitu thawaf
wajib dan thawaf sunnah, dan semuanya ada lima macam:
1) Thawaf
umrah, yakni thawaf yang menjadi salah satu rukun umrah.
2) Thawaf Ifadah, yaitu
thawaf yang menjadi salah satu rukun haji, dan dikerjakan sesudah
melontar jumrah 'Aqabah.
3) Thawaf
Qudum, yaitu thawaf bagi orang-orang yang baru datang ke makkah,
4) Thawaf
Wada', yaitu tawaf selamat tinggal bagi orang yang hendak
meningglkan Makkah.
5) Thawaf
sunnah, yaitu yang sunnah dikerjakan setiap waktu sebanyak-banyaknya. Di
dalam atau di luar ihram.
Syarat Thawaf antara lain:
a) Menutup aurat,
b) Suci dari hadas dan najis,
c) Ka’bah hendaknya di sebelah kiri orang
yang thawaf,
d) Permulaan thawaf itu hendaklah dari
Hajar Aswad,
e) Thawaf itu hendaklah tujuh kali,
f) Tawaf itu hendaklah di dalam masjid
karena Rasulullah saw melakukan thawaf di dalam masjid.
d. Sa'i
Berlari-lari kecil di antara bukit Shafa
dan Marwah. Dalam hal ini para ulama menyarankan untuk berdo’a
sebanyak-banyaknya dan dalam bacaan apa saja. Karena pada dasarnya mekna
sa’i adalah tempat berdoa yang
mustajabah.
اِنَّالصَّفَا وَالْمَروَةَ مِنْ شَعَائِرالله
"Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu adalah sebagian Syair Allah." (Al-Baqarah: 158)
e. Tahallul
Sekurang-kurangnya
menghilangkan tiga helai rambut .
Apabila ditinggalkan salah satu dari
rukun-rukun tersebut, maka tidak sah hajinya, dan tidak dapat diganti dengan dam.
3. Wajib Haji
Wajib haji adalah Sesuatu yang perlu
dikerjakan, tetapi sah-nya haji tidak bergantung padanya, dan boleh diganti
dengan menyembelih binatang,
a. Ihram harus dari batas-batas tempat, dan
waktu yang telah ditentukan (Miqaat),
b. Bermalam di Muzdalifah, yakni
sepulangnya dari Arafah ke Mina.
c. Bermalam di Mina selama 3 atau 2 malam,
pada hari tasyriq,
d. Melontar Jumrah 'Aqabah pada
tanggal 10 Dzulhijjah dan melontar Jumrah ketiga-tiganya pada hari-hari tasyriq,
e. Thawaf Wada’ (Thawaf ketika akan
meninggalkan Makkah),
f. Meninggalkan perkara-perkara yang
diharamkan (terlarang), karena ihram.
4. Sunnah Haji
Beberapa sunnah haji diantaranya sebagai
berikut:
a. Mandi untuk ihram,
b. Mandi untuk wukuf di Arafah,
c. Shalat sunnah ihram 2 raka'at,
d. Thawaf qudum,
yaitu thawaf karena datang di tanah haram.
e. Membaca tabliyah, sebagai
berikut:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ
لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ
وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ
Artinya: “Aku datang memenuhi
panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu.
Aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya
segala puji dan nikmat adalah milik-Mu. Segenap kekuasaan milik-Mu. Tidak ada
sekutu bagi-Mu.”
f. Bermalam di Mina tanggal 9 Dzulhijjah,
g. Berkumpul di Arafah pada siang dan malam
(bukan siang saja),
h. Minum Air Zamzam,
i. Berhenti di Masy'aril-Haram pada
hari Nahar (10 Dzulhijjah),
j. Shalat dua rakaat setelah thawaf.
C. Rukun dan Wajib Umrah
Rukun
umrah itu ada lima:
a. Ihram
dengan niatnya: لَبَّيْكَ
اللَّهُمَّ عُمْرَةً.
b. Thawaf,
c. Sa'i,
d. Tahallul,
e. Tertib.
Adapun
wajib umrah ada dua perkara:
a.
Ihram
dari miqat,
b.
Meninggalkan
hal-hal yang diharamkan karena ihram,
D. Rangkaian Ibadah Haji
Pada umumnya, jamaah haji dari Indonesia
menjalankan ibadah haji dengan cara tamattu’. Berikut adalah rangkaian
kegiatannya:
· Mandi, mulai Ihram dengan niat Ihram
umrah dari miqaat (Yalamlam, Jedah atau Bir-Ali).
· Shalat 2 rakaat di miqat.
· Berangkat ke Masjidi Harom. Sepanjang
jalan membaca Talbiah.
· Thawaf di Baitullah, lalu sholat
sunnah thawaf di maqom Ibrahim.
· Sa'i
dan Tahallul.
Sampai di sini selesailah pelaksanaan umrah.
Pada tanggal 8 Dzulhijjah, mulai menjalankan Haji.
· Pada tanggal 8 Dzulhijjah, atau
pada malam harinya, mulai ihram dari Makkah dengan niat ihram haji.
· Menuju Arafah untuk wukuf , dalam
perjalanan membaca talbiyah.
· Tanggal 9 mulai Wukuf. Shalat dhuhur dan
ashar dikerjakan dengan qoshor jamak taqdim.
· Sore (sesudah wukuf) menuju Muzdalifah,
dalam perjalanan membaca Talbiyah.
· Sampai di Muzdalifah, mengerjakan sholat
Magrib dan isya’ qoshor jama’ ta’khir, lalu bermalam. Sholat subuh, lalu mencari
batu untuk melontar Jumrah.
· Menuju Mina. Melontar Jumrah Aqabah.
· Tahallul awwal.
· Membayar dam (denda).
· Menuju Makkah, dan setelah berwudlu
terus thawaf ifadlah, kemudian diteruskan Sa'i dan Tahallul
Tsani.
· Sorenya kembali ke Mina untuk bermalam
(11 Dzulhijjah).
· Keesokan harinya, setelah dzuhur,
melontar jumrah ketiga-tiganya.
· Malamnya bermalam lagi satu malam (12 Dzulhijjah).
· Keesokan harinya setelah dzuhur,
melontar jumrah lagi, dan sesudah itu boleh kembali ke Makkah atau bermalam
lagi satu malam (13 Dzulhijjah), dan melontar jumrah lagi, kemudian
kembali ke Makkah.
· Ketika akan pulang ke tanah air, kita
jalankan Thawaf Wada' (Thawaf perpisahan).
E. Hadits-Hadits Tentang Haji & Umrah
×
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي
صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ
إِلَّا الْجَنَّةُ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada
kami Malik dari Sumayya, maulana Abu Bakar bin 'Abdurrahman dari Abu Shalih
As-Samman dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam berkata: "Umrah demi 'umrah berikutnya menjadi penghapus dosa
antara keduanya dan haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga". BUKHARI
- 1650)
×
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ
عَنْ مَنْصُورٍ سَمِعْتُ أَبَا حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَنْ حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَمَا
وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada
kami Syu'bah dari Manshur aku mendengar Abu Hazim dari Abu Hurairah radliallahu
'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang menunaikan haji di Baitullah ini kemudian tidak berkata,
-kata kotor dan tidak berbuat fasiq maka bila dia kembali keadaannya seperti
saat dilahirkan oleh ibunya". (BUKHARI - 1690)
×
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ
أَخْبَرَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَيْرٍ عَنْ قَزَعَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا
سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَرْبَعًا قَالَ سَمِعْتُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ غَزَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ غَزْوَةً ح حَدَّثَنَا عَلِيٌّ حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin 'Umar telah menceritakan kepada kami
Syu'bah berkata, telah mengabarkan kepada saya 'Abdul Malik bin 'Umair dari
Qaza'ah berkata; Aku mendengar Abu Sa'id radliallahu 'anhu empat kali, berkata;
Aku mendengar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dia (Abu Sa'id
radliallahu 'anhu) pernah ikut berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam sebanyak dua belas kali peperangan. Dan diriwayatkan, telah
menceritakan kepada kami 'Ali telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az
Zuhriy dari Sa'id dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah ditekankan untuk berziarah kecuali
untuk mengunjungi tiga masjid, Masjidil Haram, Masjid Rasul shallallahu 'alaihi
wasallam dan Masjidil Aqsha". (BUKHARI - 1115)
×
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ عَنْ زَيْدِ بْنِ رَبَاحٍ وَعُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ
الْأَغَرِّ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ الْأَغَرِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا
الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf berkata, telah
mengabarkan kepada kami Malik dari Zaid bin Rabah dan 'Ubaidillah bin Abu
'Abdullah Al Ghorri dari Abu 'Abdullah Al Ghorri dari Abu Hurairah radliallahu
'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Shalat di
masjidku ini nilainya seribu kali lebih baik dibandingkan pada masjid lain
kecuali pada Al Masjidil Haram". (BUKHARI - 1116)
×
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُول
اللَّهِ مَا يَلْبَسُ
الْمُحْرِمُ مِنْ الثِّيَابِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَا يَلْبَسُ الْقُمُصَ وَلَا الْعَمَائِمَ وَلَا السَّرَاوِيلَاتِ
وَلَا الْبَرَانِسَ وَلَا الْخِفَافَ إِلَّا أَحَدٌ لَا يَجِدُ نَعْلَيْنِ
فَلْيَلْبَسْ خُفَّيْنِ
وَلْيَقْطَعْهُمَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ وَلَا تَلْبَسُوا مِنْ الثِّيَابِ
شَيْئًا مَسَّهُ الزَّعْفَرَانُ أَوْ وَرْسٌ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada
kami Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhua bahwa ada
seorang laki-laki berkata, kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam:
"Pakaian apa yang harus dikenakan oleh seorang muhrim (yang sedang berihram)?.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Dia tidak boleh
mengenakan baju, topi (sorban), celana, mantel kecuali seseorang yang tidak
memiliki sandal, dia boleh mengenakan sepatu tapi dipotongnya hingga berada
dibawah mata kaki dan tidak boleh pula memakai pakaian yang diberi minyak wangi
atau wewangian dari daun tumbuhan". (BUKHARI - 1442)
×
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّ تَلْبِيَةَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ
لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ
وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada
kami Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhua bahwa cara
talbiyah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah: "Labbaikallahumma
labbaik. Labbaika laa syariika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal
mulk. Laa syariika laka". ("Aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah.
Aku datang memenuhi panggilanMu tidak ada sekutu bagiMu. Sesungguhnya segala
puji, nikmat milikMu begitu pula kerajaan. Tidak ada sekutu bagi-Mu").
(BUKHARI - 1448)
×
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا
طَلْحَةُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ
ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَاأَنَّهُ كَانَ يَرْمِي الْجَمْرَةَ
الدُّنْيَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ عَلَى إِثْرِ كُلِّ حَصَاةٍ ثُمَّ
يَتَقَدَّمُ حَتَّى يُسْهِلَ فَيَقُومَ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ فَيَقُومُ طَوِيلًا
وَيَدْعُو وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ ثُمَّ يَرْمِي الْوُسْطَى ثُمَّ يَأْخُذُ ذَاتَ
الشِّمَالِ فَيَسْتَهِلُ وَيَقُومُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ فَيَقُومُ طَوِيلًا وَيَدْعُو وَيَرْفَعُ
يَدَيْهِ وَيَقُومُ طَوِيلًا ثُمَّ يَرْمِي جَمْرَةَ ذَاتِ الْعَقَبَةِ مِنْ
بَطْنِ الْوَادِي وَلَا يَقِفُ عِنْدَ هَا ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُولُ هَكَذَا رَأَيْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ
Artinya: Telah
menceritakan kepada kami 'Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami
Tholhah bin Abu Yahya telah menceritakan kepada kami Yunus dari Az Zuhriy dari
Salim dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma bahwa dia melempar Al Jumrah Ad-Dunya
(Al Ulaa, awal) dengan tujuh kerikil dengan bertakbir pada setiap kali
lemparannya, kemudian dia maju hingga sampai pada permukaan yang datar dia
berdiri menghadap qiblat dengan agak lama, lalu berdo'a dengan mengangkat kedua
tangannya kemudian melempar jumrah Al Wustho lalu dia mengambil jalan sebelah
kiri pada dataran yang rata lalu berdiri menghadap qiblat dengan agak lama lalu
berdo'a dengan mengangkat kedua tangannya dan tetap berdiri agak lama, kemudian
dia melempar jumrah Al 'Aqabah dari dasar lembah dan dia tidak berhenti disitu,
lalu segera pergi dan berkata: "Begitulah aku melihat Nabi shallallahu
'alaihi wasallam mengerjakannya". (BUKHARI - 1633)
×
و حَدَّثَنِي حَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ
حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ نَافِعٍ
حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي نَجِيحٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا حَاضَتْ بِسَرِفَ فَتَطَهَّرَتْ بِعَرَفَةَ
فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجْزِئُ عَنْكِ
طَوَافُكِ بِالصَّفَا وَالْمَرْوَةِ عَنْ حَجِّكِ وَعُمْرَتِكِ
Artinya:
Dan telah meceritakan kepadaku Hasan bin Ali Al Hulwani Telah menceritakan
kepada kami Zaid bin Hujab telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Nafi' telah
menceritakan kepadaku Abdullah bin Abu Najih dari Mujahid dari Aisyah
radliallahu 'anha, bahwa ia haid di Saraf dan suci kembali ketika berada di
Arafah, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda padanya:
"Thawafmu antara Shafa dan Marwah telah mencukupi untuk haji dan sekaligus
umrahmu." (MUSLIM - 2124)
×
حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ وَأَحْمَدُ
بْنُ عِيسَى قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي مَخْرَمَةُ بْنُ بُكَيْرٍ
عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ يُونُسَ بْنَ يُوسُفَ يَقُولُ عَنْ ابْنِ
الْمُسَيَّبِ قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنْ
النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمْ الْمَلَائِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ
هَؤُلَاءِ
Artinya: Telah
menceritakan kepada kami Harun bin Sa'id Al Aili dan Ahmad bin Isa keduanya
berkata, Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku
Makhramah bin Bukair dari bapaknya ia berkata, saya mendengar Yunus bin Yusuf
berkata, dari Ibnul Musayyab ia berkata, Aisyah berkata; Sesungguhnya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada satu hari pun
yang di hari itu Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka dari pada
hari 'Arafah, sebab pada hari itu Dia turun kemudian membangga-banggakan mereka
di depan para malaikat seraya berfirman: “Apa yang mereka inginkan?”
(MUSLIM - 2402)
DAFTAR PUSTAKA
Haryono,
Yudhie dkk. 2002. Haji Mistik. Bekasi: Nalar.
Mughniyah,
Muhammad Jawad. 2011. Fiqih Lima Madzhab. Jakarta: Lentera.
Syukur,
Amin. 2010. Pengantar Studi Islam. Semarang: Pustaka Nun.
Usman,
Achmad. 1996. Hadits Ahkam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Zarkasyi,
Imam. 1995. Fiqih II. Ponorogo: Trimurti Press.
Zuhri, Muhammad. 1994. Terjemah
Fiqih Empat Madzhab. Semarang: CV Asy-Syifa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar