Oleh: Falazuardika & David.
Secara
etimologis kata Akhlak berasal dari bahasa Arab (اخلاق) dengan unsur “خ , ل,
dan ق“ yang merupakan bentuk jamak dari خلق (khuluq) yang artinya: (a) tabiat, budi pekerti, (b) kebiasaan
atau adat, (c) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, (d) agama, dan (e)
kemarahan (al-ghadab).
Ibnu Athir menjelaskan bahwa, Hakikat makna khuluq
itu, adalah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya),
sedang khalqi merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit,
tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya).
Dr. M. Abdulah
Dirroz, mengemukakan definisi akhlak adalah sesuatu
kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi
mambawa kecendrungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang
baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapatlah
dimengerti bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa
yang terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat
sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
dipikirkan dan diangan-angankan lagi.
Akhlak
adalah sifat yang telah terpatri dan melekat dalam jiwa seseorang manusia untuk
melakukan perbuatan-perbuatan secara spontan dan mudah, tanpa dipaksa atau
dibuat-buat.
Akhak
baik atau budi pekerti luhur merupakan hal yang sangat penting di dalam ajaran
Islam. Akhlak terpuji merupakan perhiasan hidup di dunia. Al-Quran dan
sunnah/hadits Nabi telah memberikan perhatian yang luar biasa terkait dengan
perilaku manusia.
Ibnu Chaldun telah menulis dalam kitab
pendahuluannya, maka tubuh yang hidup tumbuhnya bahkan hidupnya tergantung pada
milieu yang ia hidup di dalamnya. Kalu milieu itu tidak
mencocoki kepada tubuh, maka tubuh tersebut akan lemah dan mati.
Akhlak atau perilaku seseorang terkadang
berpengaruh terhadap lingkungan, namun kadang akhlak seseorang juga terbentuk
melalui pengaruh dari lingkungan.
Urie
Bronfrenbrenner & Ann Crouter
mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan merupakan “berbagai peristiwa,
situasi atau kondisi di luar organisme yanng diduga mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh perkembangan individu”. Lingkungan ini terdiri atas: (a)
Fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar janin
sebelum lahir sampai kepada rancangan arsitektur suatu rumah, dan (b) Sosial,
yaitu melipiti seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh perkembangan individu.
Hampir senada dengan pengertian di atas, JP
Chaplin mengemukakan bahwa lingkungan merupakan “keseluruhan aspek atau
fenomena fisik dan sosial yang mempengaruhi organisme individu”.
Berdasarkan dari kedua pengertian dari tokoh di
atas, bahwa lingkungan adalah segala situasi, kondisi, serta peristiwa yang ada
di sekeliling individu yang berpengaruh dan mempengaruhi terhadap individu.
Macam-macam lingkungan yang akan dibahas kali ini
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, kelompok sebaya, dan
masyarakat.
A.
Lingkungan Keluarga
Lingkungan yang pertama kali ditemui oleh seorang anak
yang baru lahir adalah lingkungan keluarga. Keluarga dapat diartikan sebagai unit masyarakat
terkecil. Sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak dan masing-masing
mempunyai peran yang penting, terutama ayah dan ibu atau keduanya disebut
sebagai orang tua.
Barangkali
sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam pendidikan. Anak-anak sejak masa
bayi hingga usia sekolah memiliki lingkungan tunggal, yaitu keluarga.
Pada saat usia dini, anak lebih banyak bersama
keluarganya, sehingga lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap akhlaq
seorang anak. Dari lingkungan keluarga seorang anak mulai belajar hingga
membentuk cita-citanya.
Allah
mengamanatkan anak pada orang tua untuk bertanggung jawab merawat, menjaga,
serta mendidiknya dengan baik dan benar. Keluarga berfungsi sebagai
penanam nilai-nilai agama kepada anak agar meraka memiliki pedoman hidup yang
benar
....يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At-Tahrim: 6).
B.
Lingkungan Sekolah
Ketika anak telah cukup usia sekolah, orang tua tentu
sadar akan kebutuhan anaknya dalam memperoleh ilmu pengetahuan.
طَلَبُ
الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ (رواه ابن ماجة)
Artinya: “Mencari ilmu wajib
bagi setiap orang Islam” (HR. Ibnu Majah)
Ilmu tidak cukup hanya diperoleh melalui keluarga saja,
sehingga orangtua harus mencarikan sekolah yang baik untuk anaknya. Sekolah
merupakan lingkungan yang juga berpengaruh besar pada perkembangan kepribadian
dan akhlak seorang anak. Bagaimana tidak, saat ini telah banyak sekolah yang
menerapkan Full Day School, sehingga hampir setengah hari seorang anak
menghabiskan waktunya di sekolah.
Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian
anak, Hurlock mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi
perkembangan kepribadian anak (siswa),
baik dalam cara berfikir, bersikap, maupun cara berperilaku.
C.
Kelompok Teman Sebaya
Mau tidak mau, seseorang pasti akan membutuhkan seorang
teman. Kelompok teman sebaya, sedikit atau banyak pasti berpengaruh terhadap akhlak seseorang. Teman
dapat didapatkan oleh seseorang dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat,
sehingga harus diakui bahwa Kelompok teman sebaya ini juga pasti berpengaruh
terhadap diri seseorang. Maka Nabi Muhammad SAW menyuruh kita untuk bersikap
selektif dalam memilih teman.
مَثَلُ الْـجَلِيْسِ الصَّالـِحِ
وَالسُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ. فَحَامِلُ الْـمِسْكِ
إِمَّا أَنْ يَحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ
مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ
وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيْحًا خَبِيْثَةً.
Artinya: "Permisalan teman duduk yang baik
dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak wangi dan pandai
besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak
wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau akan dapati
darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia
akan membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak
sedap.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Peranan kelompok teman sebaya bagi remaja adalah
memberikan kesempatan untuk belajar tentang: (1) bagaimana berinteraksi dengan
orang lain, (2) mengontrol tingkah laku sosial, (3) mengembangkan keterampilan,
dan minat yang relevan dengan usianya dan
(4) saling bertukar perasaan dan
masalah.
D.
Lingkungan
Masyarakat
Maksud lingkungan masyarakat
di sini adalah situasi atau kondisi interaksi sosial dan sosio kultural yang
secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah beragama atau
kesadaran beragama individu.
Seorang individu tidak bisa
menghindari interaksi sosial dalam hidup bermasyarakat. Apabila dalam
berinteraksi ia di dalam lingkungan yang baik sesuai dengan nilai agama, maka
kemungkinan besar ia akan dapat menerapkan akhlak yang baik pula. Namun apabila
lingkungan yang disekitarnya sering terdapat hal-hal yang bertentangan dengan
nilai-nilai agama, maka individu tersebut akan berpotensi menampilkan akhlak
yang kurang baik pula. Tapi hal itu dapat diperkecil peluangnya apabila dalam
keluarganya ia telah mendapatkan bimbingan agama dan memiliki pendirian yang
kuat.
****
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad. 1991. Etika
(Ilmu Akhlak). Jakarta: PT Bulan Bintang.
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan
Ampel Surabaya. 2011. Akhlak Tasawuf. Surabaya: IAIN SA Press.
Jalaluddin. 1997. Psikologi
Agama. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
LN, Syamsu Yusuf. 2004. Psikologi
Perkembangan anak Dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ari. “Pembentukan
Akhlak Dan Yang Mempengaruhi Akhlak”. dari http://www.tanjungbunut.web.id/2011/05/pembentukan-akhlak-dan-yang.html. Diakses
pada tanggal 5 Mei 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar